Cara Atasi Penyakit Mareks Pada Ayam

Penyakit ini menyebabkan kematian pada ayam mencapai 30-60%. Pencegahan dini harus segera dilakukan agar kerugian dapat dihindari.

Sebutan penyakit Mareks diberikan sebagai penghargaan kepada seseorang yang pertama kali mengadakan penelitian tentang sesuatu penyakit. Pada tahun 1907 orang yang bernama MarexPolyneuritis, yakni suatu penyakit yang pada umumnya menyerang syaraf. Pemberian nama suatu penyakit yang berorientasi pada syaraf berubah-ubah tergantung kepada para ahli yang menelitinya, ada yang menyebut : Range paralysis, Fowl paralysis atau Neuro Lymphomatasis dan yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan : Avian Reucosis Complex.


Hasil penelitian Calnek dan Witter (1972), penyakit mareks dikeluarkan dari kelompok Avian Leucosis Complex. Sedangkan di Indonesia penyakit semacam ini dikenal dengan sebutan penyakit mareks atau marex. Dengan semakin majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya peternak unggas, maka petani peternak unggas di Indonesia tidak ketinggalan dari masalah penyakit mareks ini. Penyakit ini dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar di kalangan petani peternak unggas, baik yang memelihara sambilan maupun berskala besar.

Di Indonesia adanya penyakit mareks baru pertama kali dilaporkan oleh de Boer dan Djaenudin pada tahun 1949 (Sofyan SD, 1980). Aetiologi atau penyebab penyakit mareks ini adalah virus DNA. Penyakit ini dapat menyerang semua jenis ternak unggas. Pada ayam, penyakit mareks menyerang ayam-ayam umur muda, setelah ayam berumur 3 minggu atau berkisar 1 sampai dengan 4 bulan. Sedangkan pada ayam dewasa jarang sekali dijumpai. Penyakit mareks tersebar di seluruh dunia, baik yang beriklim tropis mupun sub tropis, termasuk di Indonesia. Apabila ayam terinfeksi oleh virus mareks, maka virus ini akan masuk melalui kulit ke dalam tubuh ayam dan biasanya melalui kulit-kulit yang kotor oleh debu atau kotoran lainnya, terutama debu-debu kandang.

Karena itulah kandang diusahain harus selalu bersih dari debu-debu dan bulu-blulu bekas pada saat molting. Tanda-tanda penyakit mareks adalah : pincang, lumpuh pada sayap atau leher, kadang-kadang matanya menjadi buta dan kelumpuhan pada kaki yang ditandai dengan satu kaki menghadap ke depan dan satunya menghadap ke belakang.

Penyakit mareks mempunyai empat macam bentuk dan dapat digolongkan berdasarkan organ-organ yang terserang yaitu :
  1. Neural

    Tanda-tanda dari penyakit tipe ini adalah jengger pucat, kelumpuhan (paralyse) pada sayap dan kaki yang dapat dilihat pada sayap yang jatuh dan inkordinasi dari kaki-kaki dimana satu terenggang ke depan yang satunya ke belakang atau sebaliknya.

  2. Viseral

    Penyakit tipe ini, organ-organ yang terserang adalah hati (hepar), ginjal, testis, ovarium dan lympha (lien). Warna organ-organ tersebut berubah menjadi pucat dan pada hati terjadi pembesaran dua sampai empat kali dari keadaan normal dan banyak dijumpai pula tumor-tumor.

  3. Ocular

    Tipe ini ditandai dengan kebutaan pada mata atau iris (conjunktiva) dan maka akan berwarna kelabu seperti mutiara.

  4. Skin form

    Tipe ini ditandai adanya tumor-tumor di bawah kulit (sub cutan) dan otot-otot (musculus).

    Untuk mendiagnosa apakah benar penyakit yang terjadi pada ayam benar-benar penyakit mareks, kita dasarkan pada gejala klinis dan pemerikasaan laboratoris. Pada kenyataannya sering kita jumpai bahwa penyakit Avian Leucosis Complex dikaburkan dengan penyakit mareks. Pada penyakit ini tanda-tanda klinis hampir sama dengan mareks, akan tetapi biasanya penyakit tersebut sering menyerang pada ayam yang berumur empat sampai lima bulan. Oleh karena itu peternak harus lebih berhati-hati dalam mendiagnosa penyakit mareks ini, dan untuk lebih meyakinkanperlu diadakan pemerikasaan laboratoris. Apakah faktor prediksi atau predisposisi dari penyakit mareks?

    Faktor yang mendorong berjangkitnya penyakit mareks pada ayam antara lain :

  • Perkandangan. Kandang yang kurang bersih, berdebu dan lembab mendorong berjangkitnya mareks.

  • Pemeliharaan. Pola pencampuran ayam muda dengan ayam dewasa (tidak seragam umurnya).

  • Stress. Ayam yang stress mudah terserang penyakit

  • Adanya Penyakit lain. IBD dan beberapa penyakit lain yang menurunkan kekebalan berpotensi terserang mareks.

  • Faktor genetis. Kekebalan induk yang diturunkan kepada anaknya berbeda. Kadang ada jenis ayam yang mempunyai kekebalan yang lebih tinggi dibandingkan jenis lain. Untuk mencegah penyebaran mareks tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan desinfeksi kandang dan peralatannya, mengontrol penyebaran penyakit dan meminimalisir ternak kontak langsung dengan manusia. Mengingat mareks dapat menimbulkan kematian ayam 30-60%, maka dari sisi ekonomi kerugian yang ditimbulkan cukup tinggi.

    Sumber www.poultryindonesia.com dimodifikasi oleh Abror Yudi Prabowo untuk dipublikasikan kembali

Awas Budidaya Unggas di Musim Penghujan

Menghadapi musim hujan, ada tiga hal yang harus dibenahi,yakni kondisi kandang, manajemen budidaya dan kesiapan petugas kandang. Disamping itu, waspadai juga penyakit yang mungkin timbul.

Seperti kata pepatah sedia payung sebelum hujan, demikian juga dunia perunggasan dalam menyambut datangnya musim hujan. Payung untuk budidaya perunggasan berupa kesiapan kandang menghadapi musim penghujan, kesesuaian manajemen terhadap kondisi yang dihadapu selama musim penghujan, kesiapan petugas kandang mengantisipasi semua kemungkinan yang ada.

Kesiapan kandang. Sebelum musim penghujan tiba kandang harus sudah disiapkan. Yang perlu dicermati antara lain : · Kondisi atap : Benahi atap apabila terdapat kebocoran. Masuknya air hujan dapat menyebabkan basahnya litter, pakan, bahkan ayam. Kejadian ini dapat menimbulkan terjadinya kasus jamur, hipotermi, maupun meningkatnya kandungan amoniak. Selain itu masuknya air hujan ke dalam menyebabkan kayu atau bambu kerangka kandang cepat rapuh, sehingga membuat biaya operasional meningkat. · Kondisi gudang : Gudang hendaknya tetap dalam kondisi kering, sehingga pakan dapat terjaga mutunya. Bila lantai gudang lembab, pemakaian penyangga pakan sangat disarankan. Penyangga dapat dibuat dari kayu, maupun bambu. · Saluran air : Saluran air yang baik dapat menghindarkan kandang dari kebanjiran, maupun basahnya kotoran ayam. Dengan lancarnya aliran air, diharapkan genangan-genangan air di sekitar kandang dapat dikurangi. · Air minum : Pada waktu musim hujan volume air dalam sumber air meningkat, kadang permukaan air hampir sama dengan permukaan tanah. Apabila sumber air terletak di daerah yang kandungan kumannya tinggi, seperti dekat kandang, dekat tempat pembuangan, maka disarankan untuk memberikan klorin pada air minum.

Kesesuaian manajemen. Diantaranya manajemen pakan, sanitasi, biosecurity dan manajemen litter. · Manajemen pakan : Penyimpanan pakan harus memperhitungkan kondisi gudang selama musim hujan. Hindari basahnya pakan, karena akan mempengaruhi mutu pakan, baik komposisi, bentuk aroma, maupun menghindari tumbuhnya jamur pada pakan. · Sanitasi : Siapkan tempat dipping dimuka kandang. · Biosecurity : Musim hujan basahnya diikuti dengan meningkatnya populasi lalat dan nyamuk, hal ini disebabkan adanya genangan air di sekitar kandang. Lalat dan nyamuk merupakan vektor dari berbagai macam penyakit. Untuk itu usaha pemberantasan serangga harus menjadi program disaat musim penghujan. · Manajemen litter. Usahakan litter tetap kering. Bila litter basah usahakan segera diganti. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah persediaan litter selama musim penghujan harus cukup.

Kesiapan petugas. Petugas hendaknya siap terhadap kasus-kasus yang sifatnya mendadak, untuk itu kesiapan petugas kandang sangat diperlukan, seperti mengoptimalkan suhu selama masa brooding, mengontrol kondisi atap, saluran air dan kondisi gudang.

Kasus penyakit. Beberapa penyakit yang biasa timbul selama musim penghujan diantaranya : · Colibacilosis : Disebabkan oleh infeksi baktri Eschericia coli. Penularan melalui kontak langsung antara ayam sakit dengan ayam sehat melalui pakan, minum dan debu yang tercemar. Colibacilosis dapat menyebabkan kematian embrio. Infeksi yolk sac, omfalis, ooforitis, salpingitis, koligranuloma dan arthritis. Hal yang dapat dilakukan dengan mengoptimalkan sanitasi, bisecurity dan ventilasi udara.

  • Coccidiosis : Disebabkan oleh Eimeria (protozoa). Penyakit ini menyerang saluran pencernaan ayam sehingga gejala yang sering timbul adalah berak darah. Pencegahan dengan mengoptimalkan sanitasi, ventilasi udara, sinar matahari dan biosecurity.
  • Jamur : Jenis jamur yang sering menyerang ayam adalah Aspergillus. Jamur ini masuk ke tubuh ayam melalui pakan atau litter. Jamur ini terutama menyerang saluran pernafasan ayam.
  • Penyakit-penyakit lain yang penularannya melalui vektor lalat tikus dan nyamuk. Pada musim hujan, genangan air banyak terdapat disekitar kandang, sehingga populasi nyamuk meningkat. Basahnya kotoran ayam juga menyebabkan populasi lalat meningkat. Dengan turunnya hujan, semak-semak sekitar kandang juga menjadi rimbun sehinga menjadi tempat sembunyi tikus. Untuk itu program pembasmian tikus, lalat dan nyamuk harus dilaksanakan pada musim penghujan.

Sumber : www.poultryindonesia.com dimodifikasi via posting untuk dipublikasikan ulang oleh Abror Yudi Prabowo

Mengatasi Stres Panas Pada Ayam Petelur

Stres panas pada ayam petelur sering terjadi pada peternakan daerah tropis. Jika tidak ditangani, stres pada ayam akan menurunkan penampilan produksi. Bagaimana cara mengatasinya?

Stres panas pada ayam akan menurunkan tampilan produksi karena berkaitan langsung dengan perubahan-perubahan fisiologik dan biokimiawi dalam tubuh ayam. Temperatur yang tinggi dan musim panas yang panjang pada negara tropis seperti Indonesia dapat menimbulkan stres dan membangkitkan adaptasi perilaku (behavior), fisiologik dan biokimiawi pada tubuh ayam, yang semuanya memerlukan energi yang pada akhirnya menurunkan penampilan (performance) ayam.

Ayam petelur memiliki temperatur optimum untuk produksi adalah 18-21 0C. Jika temperatur lingkungan lebih dari 24 0C dalam periode yang cukup lama selama musim kemarau, maka ayam petelur akan menyebabkan produksi dan berat telur serta kualitas kerabang akan menurun sehingga pada gilirannya akan meningkatkan konversi pakan yang merugikan secara ekonomis bagi peternak. Hal ini sebagai akibat menurunnya nafsu makan ayam, sehingga zat-zat gizi yang diperlukan tubuh berkurang.

Perubahan behavior pada ayam yang diamati selama stres panas antara lain : hiperventilasi (panting), yaitu meningkatnya kecepatan respirasi sampai lebih dari 20 kali per menit. Aktivitas tubuh berkurang, sedikit sedikit makan, banyak minum untuk menurunkan suhu tubuh. Penurunan konsumsi pakan membuat asupan nutrisi pakan juga berkurang sehingga imbasnya pada penurunan kualitas performance produksi. Adaptasi perilaku terjadi pada suhu 24-30 0C. Di atas suhu tersebut ayam sudah tidak mampu lagi mengatasi suhu tubuh yang terus meninggi, sehingga pada tahap tersebut akan terjadi adaptasi berupa perubahan biokimiawi, seperti penurunan Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan vitellogenin, yang merupakan faktor penting untuk sintetis kuning telur, dengan demikian secara praktis berat dan ukuran kuning telur akan berkurang.

Selama stres panas metabolisme dalam tubuh berlangsung cepat sehingga membutuhkan banyak oksigen (O2), sedangkan karbondioksida (CO2) dalam darah menurun. Oksidasi asam lemak (glukoneogenesis) meningkat untuk memenuhi tuntutan energi. Diketahui pula stres panas dapat menurunkan kekebalan tubuh, karena terbentuk radikal bebas, seperti ion hidroksil (OH-). Radikal bebas ini menyebabkan gangguan metabolit dan gangguan sel berupa gangguan fungsi DNA, sehingga menyebabkan mutasi atau sitotoksik dan perubahan aktivitas enzim.

Radikal bebas juga menyebabkan kerusakan sel dengan cara oksidasi lipid, terutama asam-asam lemak tidak jenuh rantai panjang (poly unsaturated fatty acid). Homeostasis Kalium (K) mengalami perubahan selama stres panas. Konsentrasi K dalam plasma menurun, hal ini disebabkan oleh ekskresi K yang meningkat tetapi retensi K menurun. Terjadi kompetisi ion-ion K+ dan H+ yang diekskresi ginjal. Selama stres panas, pusat respirasi di otak bekerja lebih giat. Kebutuhan oksigen meningkat dan kecepatan respirasi meningkat sehingga terjado panting. Panting ini menyebabkan hilangnya air dalam tubuh lewat sistem respirasi. Hal ini disertai dengan viskositas darah yang meningkat, konsentrasi CO2 dalam darah menurunsehingga respirasi bersifat alkalosis.

Demikian pula terjadi penurunan ion bikarbonat, sehingga ketebalan kerabang telur menurun. Ketahanan panas yang semakin turun pada akhirnya menyebabkan kematian. Adaptasi fisiologik tubuh ayam selama stres panas dicirikan oleh meningkatnya hormon Adreno Cortico Trophic Hormone (ACTH). Kortex adrenal akan terangsang mensekresikan corticosteroid yang akan mempengaruhi membran sel-sel hati. Temperatur yang tinggi akan menurunkan intake pakan, karena proses pengambilan pakan (preherensi), pencernaan (digesti) dan metabolisme yang menurun. Ayam akan kekurangan zat-zat gizi sehingga jumlah dan ukuran telur serta kualitas kerabang menurun. Defisiensi asam amino lisin akan semakin meningkatkan suhu tubuh. Diperlukan tindakan khusus untuk meningkatkan ketahan tubuh ayam selama musim panas. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain :

  • Memperbaiki metabolisme air. Tindakan ini dilakukan dengan cara menyediakan air dingin guna menurunkan suhu tubuh, karena ayam cenderung minumberlebih pada musim kemarau. Minum air dingin terbukti menurunkan kecepatan respirasi hinga 60%.
  • Pemberian larutan glukose. Pemberian larutan glukose 4% akan mengurangi pengaruh stres panas terhadap viskositas darah dan osmolalitas plasma. Intake glukose akan mempengaruhi difusi panas tubuh, sehingga viskositas darah meningkat.
  • Pemberian mineral K dalam pakan. Pemberian K dalam pakan ± 0,6% (layer) dan 1,5% (broiler) akan menjaga keseimbangan K dalam tubuh selain itu mineral K juga meningkatkan daya tahan ayam terhadap tekanan stres panas
  • Menjaga keseimbangan kalsium (Ca) dengan fosfor (P). Mineral Ca dan P membantu mempertahankan kondisi ayam saat stres panas.
  • Pemberian vitamin E. Radikal bebas dikeluarkan oleh sel-sel yang rusak sebagai akibat peroksidasi asam-asam lemak tidak jenuh ganda dapat diatasi dengan pemberian vitamin E. Vitamin E bertindak sebagai antioksidan yang dapat melindungi membran jaringan dari peroksida lipid.
  • Pemberian vitamin C. Vitamin C diberikan 25 mg/kg pakan. Penambahan vitamin c akan memperbaiki tampilan reproduksi dan PBB pada broiler serta meningkatkan fertilitas dan daya tetas pada ayam bibit.
  • Penambahan 1,25-(OH)2 vitamin D3 (vitamin D3 aktif). Penambahan vitaman D3 bentuk aktif dalam pakan selama stres panas membantu homeostasis Ca dan P selama pembentukan kerabang telur. Dan selama stres panas berlangsung, kemampuan ayam untuk mengkonversi vitamin D menjadi vitamin D yang aktif menurun drastis.
Penambahan nutrisi organik yang diproduksi PT. Natural Nusantara (NASA) yaitu VITERNA Plus bisa membantu mengurangi stres yang terjadi pada ayam. VITERNA Plus merupakan suplemen khusus ternak dengan kandungan :

  • Mineral-mineral yang penting untuk pertumbuhan tulang, organ luar dan dalam, pembentukan darah dan lain-lain.
  • Asam-asam amino utama seperti Arginin, Histidin, Isoleucine, Lycine, Methionine , Phenylalanine, Threonine, Thryptophan, dan Valine sebagai penyusun protein untuk pembentukan sel, jaringan, dan organ tubuh.
  • Vitamin-vitamin lengkap, yaitu A, D, E, K, C dan B Komplek untuk kesehatan dan ketahanan tubuh.
Penambahan VITERNA Plus bisa diaplikasikan melalui asupan air minum dengan dosis 1 tutup/10 liter air minum. Pemakaian produk untuk ayam petelur dengan interval waktu 2 – 3 hari sekali.
 

Pemesanan Produk NASA Hubungi
INTIGROW - Distributor Resmi Natural Nusantara (NASA)
Alamat
Komplek Ruko Griya Hinggil Blok RB
Jl. Bibis Raya KM 8 Bangunjiwo Bantul DI. Yogyakarta

Telp 0274-4537748

Mobile
0822 2071 4181 Simpati
0812 2652 3400 Simpati

0856 0107 9420 Indosat
0819 1542 4247 XL

Whatsapp
0822 2071 4181
0812 2652 3400

PIN BB: 59DE7B56

www.produknaturalnusantara.com
Sumber www.poultryindonesia.com dimodifikasi via posting untuk dipublikasikan ulang oleh Abror Yudi Prabowo